Turunnya
Al-Quran Dengan 7 Huruf
Pokok-pokok
Materi :
1. Pengantar Tujuh Huruf dalam Al-Quran
2. Riwayat diturunkannya tujuh huruf dalam Al-Quran
3. Pengertian Tujuh Huruf dan perbedaan Pendapat
seputarnya
4.
Hikmah diturunkannya Al-Quran dalam tujuh huruf
1. PENGANTAR TUJUH HURUF DALAM
AL-QURAN
Orang Arab mempunyai aneka ragam
lahjah (dialek) yang timbul dari fitrah mereka dalam langgam, suara dan
huruf-huruf sebagaimana diterangkan secara komprehensip dalam kitab-kitab
sastra. Setiap kabilah mempunyai irama sendiri dalam mengucapkan kata-kata yang
tidak dimiliki oleh kabilah-kabilah lain.
Namun kaum quraisy mempunyai
faktor-faktor yang menyebabkan bahasa mereka lebih unggul daiantara
cabang-cabang bahasa arab lainnya. Yang antara lain karena tugas mereka menjaga
Baitullah, menjamu para jema'ah haji, memakmurkan masjidil Haram dan menguasai
perdagangan. Oleh sebab itu, semua suku bangsa arab menjadikan bahasa quraisy
sebagai bahasa induk bagi bahasa-bahasa mereka karena adanya karak
teristik-karakteristik tersebut. Dengan demikian wajarlah jika Qur'an
diturunkan dalam logat quraisy, kepada Rasullah yang quraisy pula untuk
mempersatukan bangsa arab dan mewujudkan kemukjizatan Qur'an ketika mereka
gagal mendatangkan satu surah yang seperti Qur'an.
Apa bila orang arab berbeda
lahjah dalam pengungkapan sesuatu makna dengan perbedaan tertentu, maka Qur'an
yang diturunkan kepada Rasul-Nya, Muhammad , menyempurnakan makna kemukjizatannya
karena ia mencakup semua huruf dan wajah qiraah pilihan diantara lahjah-lahjah
itu. Dan ini merupakan salah satu sebab yang memudahkan mereka untuk membaca ,
menghafal dan memahaminya.
2. RIWAYAT / DALIL
DITURUNKANNYA AL-QURAN DENGAN TUJUH HURUF
Nash-nash sunah cukup banyak
mengemukakan hadis mengenai turunnya Qur'an dengan tujuh huruf. Diantaranya :
a. Dari Ibn Abbas, ia berkata : "Rasulullah
berkata: 'Jibril membacakan (Qur'an) kepadaku dengan satu huruf. Kemudian
berulang kali aku mendesak dan meminta agar huruf itu ditambah, dan iapun
menambahnya kepadaku sampai dengan tujuh huruf." (HR Bukhori
Muslim)
b. Dari Ubai bin Ka'ab: "Ketika Nabi berada
didekat parit Bani Ghafar, ia didatangi jibril seraya berkata: 'Allah
memerintahkanmu agar membacakan Qur'an kepada umatmu dengan sau huruf,' ia
menjawab : 'Aku mohon kepada Allah ampunan dan meghfirah-Nya, karena umatku
tidak dapat melaksanakan perintah itu,' kemudian jibril datang lagi untuk yang
kedua kalinya dan berkata : 'Allah memerintahkanmu agar membacakan Qur'an
kepada umatmu dengan dua huruf,' Nabi menjawab : 'Aku memohon kan kepada Allah
ampunan dan maghfirahNya umatku tidak kuat melaksanakannya.' Jibril datang lagi
untuk yang ketiga kalinya, lalu mengatakan : 'Allah memerintahkanmu agar
membacakan Qur'an kepada umatmu dengan tiga huruf,' jawab Nabi : 'Aku memohon
kepada Allah ampunan dan MaghfirhNya, sebab umatku tidak kuat melaksanakannya.'
Kemudian jibril datang lagi untuk yang ketiga kalinya seraya berkata : ' Allah
memerintahkanmu agar membacakan Qur'an kepada umatmu dengan tujuh huruf,'
dengan huruf mana saja mereka membaca, mereka tetap benar."' ( HR
Muslim)
Catatan : Hadis-hadis
yang berkenaan dengan hal diatas amat
banyak jumlahnya dan sebagian besar telah diselidiki oleh Ibn Jarir didalam
pengantar tafsirnya. As-Suyuti menyebutkan bahwa hadis-hadis tersebut
diriwayatkan dari dua puluh orang sahabat. Abu 'Ubaid al Qasim bin Salam
menetapkan kemutawatiran hadis mengenai turunnya Qur'an dengan tujuh
huruf.
3. PERBEDAAN PENDAPAT TENTANG
PENGERTIAN TUJUH HURUF
Para ulama berbeda pendapat
dalam menafsirkan tujuh huruf ini dengan perbedaan yang bermacam-macam. hingga
Ibn Hayyan mengatakan : 'Ahli ilmu berbeda pendapat tentang arti kata tujuh
huruf menjadi tiga puluh lima pendapat." namun kebanyakan pendapat itu
bertumpang tindih. Disini kami akan kemukakan beberapa pendapat diantaranya
yang dianggap paling mendekati kebenaran.
Pendapat
Pertama : bahwa yang
dimaksud dengan tujuh huruf ialah tujuh macam bahasa dari bahasa-bahasa Arab
mengenai satu makna;
Dengan pengertian jika bahasa
mereka berbeda-beda dalam mengungkapkan satu makna, maka Qur'an pun diturunkan
dengan sejumlah lafal sesuai dengan ragam bahasa tersebut tentang makna yang
satu itu. Dan jika tidak terdapat perbedaan, maka Qur'an hanya mendatangkan
satu lafaz atau lebih saja. Ini adalah pendapat sebagian besar ulama.
Pendapat Kedua : bahwa yang dimaksud dengan tujuh huruf ialah
tujuh macam bahasa dari bahasa-bahasa arab dengan nama Qur'an diturunkan,
dengan pengertian bahwa kata-kata dalam Qur'an secara keseluruhan tidak keluar
dari ketujuh macam bahasa tadi.
Yaitu bahasa paling fasih
diantara kalangan bangsa arab. Meskipun sebagian besarnya dalam bahasa Quraisy.
Sedang sebagian yang lain dalam bahasa Huzail, Saqif, Hawazin , Kinanah, Tamim
atau Yaman; karena itu maka secara keseluruhan Qur'an mencakup ketujuh macam
bahasa tersebut.
Catatan
: Pendapat ini berbeda dengan pendapat sebelumnya,
karena yang dimaksud dengan tujuh huruf dalam pendapat ini adalah tujuh huruf
yang bertebaran diberbagai surah Qur'an. Bukan tujuh bahasa yang berbeda dalam
kata tetapi sama dalam makna.
Pendapat
Ketiga : bahwa yang
dimaksud dengan tujuh huruf adalah tujuh wajah (bentuk/tema), yang meliputi : amr
(perintah), nahyu (larangan), wa'd (janji), wa'id (ancaman),
jadal (perdebatan), qasas (cerita), dan masal
(perumpamaan). Atau amr, nahyu, halal, haram ,muhkam, mutasyabih dan amsal.
Pendapat
Keempat : Segolongan
ulama berpendapat bahwa yang dimaksud dengan tujuh huruf ialah : tujuh macam
hal yang diantaranya terjadi ihtilaf (perbedaan) dalam tata bahasa.
Tujuh ikhtilaf dalam tata bahasa
tersebut meliputi :
1) Ikhtilaful
asma'(perbedaan kata benda): dalam bentuk mufrad, muzakkar dan
cabang-cabangnya, seperti tasniyah, jamak dan ta'nis.
2) Perbedaan dalam segi I'rab (harakat akhir kata),
3) Perbedaan dalam tasrif,
4) Perbedaan dalam taqdhim (mendahulukan) dan takhir
(mengakhirkan) ,
5) Perbedaan dalam segi ibdal (penggantian), baik
penggantian huruf dengan huruf, maupun penggantian pada sedikit perbedaan
mahraj atau tempat keluar huruf.
6) Perbedaan karena ada penambahan dan pengurangan.
Ihtilaf dengan penambahan (ziyadah) misalnya firman Allah: "Wa 'aaddalahum
jannatin tajri tahtahal anhar" (at Taubah:100) yang dibaca juga "Min
tahtihal anhar" dengan tambahan "Min" , keduanya merupakan
qiraat yang mutawatir.
7) Perbedaan lahjah seperti bacaan tafkhim
(menebalkan) dan tarqiq (menipiskan), fatah dan imalah , idzhar dan idgham,
hamzah dan tashil, isyman dll.
Pendapat
Kelima : bahwa yang dimaksud
bilangan tujuh itu tidak diartikan secara harfiah (maksudnya bukan bilangan
antara enam dan delapan), tetapi bilangan tersebut hanya sebagai lambang
kesempurnaan menurut kebiasaan orang arab.
Dengan demikian, maka kata tujuh
adalah isyarat bahwa bahasa dan susunan Qur'an merupakan batas dan sumber utama
bagi perkataan semua orang arab yang telah mencapai puncak kesempurnaan
tertinggi. Sebab lafaz sab'ah (tujuh) dipergunakan pula untuk menunjukkan
jumlah banyak dan sempurna dalam bilangan satuan , seperti kata tujuh puluh'
dalam bilangan bilangan puluhan, dan 'tujuh ratus' dalam ratusan. Tetapi
kata-kata itu tidak dimaksudkan untuk menunjukkan bilangan tertentu.
Pendapat
Keenam : Segolongan ulama
berpendapat bahwa yang dimaksud dengan tujuh huruf tersebut adalah qiraat
tujuh.
Pendapat ini dapat dijawab bahwa
Qur'an itu bukanlah qiraat. Qur'an adalah wahyu yang diturunkan kepada Muhammad
sebagai bukti risalah dan mukjizat. Sedang qiraat adalah perbedaan dalam cara
mengucapkan lafal-lafal wahyu tersebut, seperti meringankan (takhfif),
memberatkan (tasqil) membaca panjang dan sebagainya.
Nampaknya apa yang menyebabkan
mereka terperosok kedalam kesalahan ini ialah adanya kesamaan "bilangan
tujuh" (dalam hadis ini dengan qiraat yang populer), sehingga
permasalahannya menjadi kabur bagi mereka;
Catatan
:Setelah menganalisa beberapa pendapat di atas
Mannaul Qathan mengatakan : " Dengan demikian , jelaslah bahwa pendapat
pertama yang menyatakan bahwa yang dimaksud dengan tujuh huruf adalah tujuh
bahasa dari bahasa orang arab mengenai satu makna yang sama adalah pendapat
yang sesuai dengan zahir nas-nas dan didukung oleh bukti-bukti yang sahih. "
4. HIKMAH TURUNNYA QUR'AN
DENGAN TUJUH HURUF
Hikmah
turunnya al-Quran dalam tujuh huruf dapat disimpulkan sebagai berikut:
1) Untuk memudahkan bacaan dan
hafalan bagi bangsa
yang ummi, tidak bisa baca tulis, yang setiap kabilahnya mempunyai dialek
masing-masing, namun belum terbiasa menghafal syari'at, apa lagi
mentradisikannya.
2) Bukti kemukjizatan Qur'an
bagi naluri atau watak dasar kebahasan orang arab. Qur'an mempunyai banyak pola susunan bunyi yang
sebanding dengan segala macam cabang dialek bahasa yang telah menjadi naluri
bahasa orang-orang arab, sehingga setiap orang arab dapat mengalunkan
huruf-huruf dan kata-katanya sesuai dengan irama yang telah menjadi watak dasar
mereka dan lahjah kaumnya, dengan tetap keberadaan Qur'an sebagai mukjizat yang
ditantangkan Rasulullah kepada mereka. Dan mereka tidak mampu menghadapi
tantangan tersebut. Sekalipun demikian, kemukjizatan itu bukan terhadap bahasa
melainkan terhadap naluri kebahasaan mereka itu sendiri.
3) Kemukjizatan Qur'an dalam
aspek makna dan hukum-hukumnya.
Sebab perubahan-perubahan bentuk lafaz pada sebagian huruf dan kata-kata
memberikan peluang luas untuk dapat disimpulkan dari padanya bebagai hukum. Hal
inilah yang mentebabkan Qur'an relevan untuk setiap masa. Oleh karena itu, para
fuqaha dalam istinbat (penyimpulan hukum) dan ijtihad berhujjah dengan qiraat
bagi ketujuh huruf ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar