Sabtu, 28 Februari 2015

Pandangan Mata: Anak Panah yang Beracun

Salah satu pintu kemaksiatan adalah pandangan mata. Dalam kitab Ad-Da' wa Ad-Dawa', Ibnu Qayyim Al-Jauziyah mengatakan, "Pandangan merupakan akar dari kebanyakan bencana yang menimpa manusia. Pandangan bisa menimbulkan lintasan pikiran, lalu lintasan ini melahirkan pikiran, lalu pikiran ini melahirkan nafsu (syahwat), lalu nafsu ini melahirkan kehendak, dan kehendak pun terus menguat sehingga menjadi sebuah hasrat dan tekat yang sangat kuat. Kalau sudah begitu, sudah tentu akan ada pelaksanaan, selama tidak ada penghalang yang merintanginya."

Kemuliaan seseorang tidak diukur secara lahiriah saja. Jika kemuliaan hanya diukur dari yang tampak saja, tentu para raja, hartawan, dan para artis semuanya menjadi mulia. Akan tetapi, tidak.

Jika kemuliaan diukur dari kekuasaan dan harta benda, tentu Sa’id bin Al-Musayyab akan merelakan putrinya yang dipinang Khalifah Abdul Malik untuk putranya, Al-Walid. Sa’id bin Al-Musayyab terus membuat dalih alasan kepada Abdul Malik hingga Abdul Malik mencambuknya seratus kali pada musim dingin, menuangkan air guci padanya, dan memakaikan jubah wol padanya.

Pilihan Allah adalah yang Terbaik


"Demi Allah, saya tidak ada rasa cinta."

Kata-kata tersebut merupakan ungkapan jujur seorang suami pada masa awal pernikahannya.

Kisahnya berawal dari seorang ikhwan, sebut saja namanya Said (bukan nama sebenarnya). Ia adalah seorang ikhwan yang terdidik agamanya dengan baik.
Said adalah lulusan magister dari universitas negeri yang ternama. Ia sudah mendapatkan pekerjaan sebagai seorang guru, sesuai dengan kualifikasi pendidikannya.

Lelaki yang Teguh Hatinya


Udara dingin menggingit. Malam yang pekat menyergap area camping. Hanya cahaya lampu emergency yang sedikit bisa memberi penglihatan.
Di dalam tenda, tiga orang bercengkerama akrab ditemani makanan ringan dan segelas minuman hangat. Suara dering telepon genggam terdengar. Salah seorang di antara mereka mengangkat, lalu ia terlibat pembicaraan yang santai dengan seseorang di sana.

Jatuh Cinta

Sesungguhnya, telah ditanamkan rasa cinta ke dalam diri manusia. Itulah salah satu fitrah manusia. Termasuk rasa cinta kepada lawan jenis, itulah sunnatullah.

Disebutkan dalam kitab Raudhatul Muhibbin karya Ibnu Qayyim Al-Jauziyah:
Berkata seorang penyair,

Jika engkau tidak mencinta
Maka engkau tidak pernah mengerti apa itu cinta
Maka apa bedanya dirimu dengan unta padang sahara itu

CINTA SEJATI MENURUT PANDANGAN ISLAM

CINTA SEJATI MENURUT PANDANGAN ISLAM


Kata pujangga, cinta letaknya di hati. Meskipun tersembunyi, namun getarannya tampak sekali. Ia mampu mempengaruhi pikiran sekaligus mengendalikan tindakan. Sungguh cinta dapat mengubah pahi menjadi manis, debu beralih emas, keruh menjadi bening, sakit menjadi sembuh, penjara menjadi telaga, derita menjadi nikmat, dan kemarahan menjadi rahmat. Cintalah yang mampu melunakkan besi, menghancurkan batu karang, membangkitkan yang mati, dan meniupkan kehidupan padanya membuat budak menjadi pemimpin. Inilah dahsyatnya sebuah cinta. (Jalaludin Rumi).