Menjadi seorang suami memang membutuhkan satu kematangan emosional dan
berpikir yang baik. Tentunya, hal itu tidak lepas dari kuantitas dan
kualitas ilmu yang dimiliki. Semakin banyak ilmu yang dimiliki oleh
seorang lelaki (khusunya ilmu agama dan ilmu kerumah tanggaan), maka
Insya Allah akan semakin baiklah ia dalam menjalankan peranannya sebagai
seorang suami.
Tanpa disokong dengan kuantitas dan kualitas ilmu yang baik, niscaya
kematangan emosional dan cara berpikir tidak akan tercapai dengan baik.
Dan tanpa adanya kedua hal tersebut maka rumah tangga akan menjadi lahan
empuk bagi sang suami untuk menerapkan kesewenang-wenangannya terhadap
seluruh anggota keluarga yang tinggal dirumahnya.
Istri menjadi lahan jajahan yang empuk bagi para suami, hal ini banyak
sekali terjadi karena minimnya kadar ilmu seorang suami. Suami
senantiasa menuntut untuk dilayani dan dituruti setiap keinginan dan
perintahnya. Seolah-olah istri adalah robot yang harus hanya melayani
kemauannya semata. Merasa menjadi orang yang paling berjasa dalam rumah
tangga karena telah mencari nafkah untuk keluarga, banyak suami yang
akhirnya senantiasa “ongkang-ongkang kaki” (baca: sama sekali
tidak (ingin) bekerja atau berbuat sesuatu) dalam rumah tangga. Tidak
mau sedikitpun membantu pekerjaan yang ada di rumah, terlebih lagi yang
memang pada umumnya dikerjakan oleh para wanita. Seolah-olah haram bagi
mereka untuk menyentuh atau membantu mengerjakan pekerjaan istrinya di
rumah.
Rasulullah Muhammad saw adalah seorang suami teladan bagi seluruh umat
manusia. Di luar rumah beliau berperan sebagai seorang panglima perang
dan figur dakwah, dan di rumah beliau pun mampu berperan sebagai suami
terbaik.
Memiliki
seorang suami seperti Rasulullah Muhammad saw, tentunya tidak ada yang
akan menolak. Dan menjadi seorang suami seperti Rasulullah Muhammad saw,
tentunya setiap lelaki yang berakal sehat pun pasti menginginkannya.
Memang, untuk menjadi seorang suami seperti Rasulullah Muhammad saw
tidak akan dapat dilakukan dengan sepenuhnya (sama persis seperti beliau
apa adanya). Karena pada dasarnya, beliau adalah seorang Rasul yang
terjaga dari kesalahan dan maksiat sekecil apapun, sementara kita hampir
selalu saja bersentuhan dengan yang namanya maksiat atau dosa, baik
sengaja maupun tidak sengaja. Hanya saja, sebagai umatnya kita tentu
saja dapat memaksimalkan usaha untuk dapat mengikuti jejak beliau dalam
berumah tangga. Untuk menjadi seorang suami seperti Rasulullah saw, kita
dapat berusaha untuk senantiasa mengaplikasikan apa-apa yang beliau
aplikasikan di dalam rumah tangga.
Di dalam rumah tangga, Rasulullah Muhammad saw tidak pernah bersifat
meraja yang selalu ingin atau meminta untuk dilayani. Rasulullah
Muhammad saw tidak pernah memperbudak istri-istri beliau. Justru beliau
sangat sayang dan menghormati istri-istri beliau, mendidik istri-istri
beliau dan bersikap seadil-adilnya.
Rasullah Muhammad saw senantiasa mengerjakan pekerjaan-pekerjaan rumah
tangga dengan ikhlas. Beliau membantu mengerjakan dan menyelesaikan
pekerjaan istri-istrinya. Hebatnya lagi, beliau yang merupakan seorang
Rasul Allah swt, tokoh dakwah terkemuka, dan sebagai panglima perang
tidak pernah merasa malu atau malas untuk mengerjakan
pekerjaan-perkejaan istri beliau (pekerjaan wanita). Beliau suka
menjahit pakaian beliau sendiri yang robek. Dan Rasulullah Muhammad saw
ketika berada di rumah, beliau juga bekerja membantu memerah susu.
Semaksimal mungkin beliau pun bersikap mandiri dalam mengerjakan
pekerjaan rumah tangga, melayani diri sendiri dan tidak menekan sang
istri untuk mengerjakan pekerjaan rumah tangga sendiri.
Kalau kita lihat di masa ini, tidak banyak suami yang bersedia untuk
mengerjakan pekerjaan wanita atau istri-nya. Mencuci pakaian, mencuci
piring, menyeterika, dan lain-lain adalah mutlak menjadi tugas istri.
Padahal Rasulullah Muhammad saw tidaklah demikian, beliau berdakwah,
berperang, dan juga masih mengerjakan pekerjaan-pekerjaan rumah tangga
(pekerjaan istri). Rasulullah Muhammad saw tidak pernah mengatakan hal
tersebut dan tidak pernah bersikap seperti itu. Istri Rasulullah
Muhammad saw senantiasa mengatakan bahwa Rasulullah saw adalah seorang
suami yang senantiasa mengerjakan pekerjaan-pekerjaan rumah yang biasa
dilakukan oleh para istri, termasuk melayani kebutuhan beliau sendiri.
Aisyah ra. pernah ditanya: “Apakah yang dilakukan Rasulullah saw di dalam rumah?” Ia radhiyallahu ‘anha menjawab: “Beliau
shallallahu ‘alaihi wasallam adalah seorang manusia biasa. Beliau
menambal pakaian sendiri, memerah susu dan melayani diri beliau
sendiri.” (HR. Ahmad dan Tirmidzi)
Diriwayatkan dari Al-Aswad bin Yazid ia berkata: “Aku pernah bertanya kepada ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha: ‘Apakah yang biasa dilakukan Rasulullah saw di rumah?’ ‘Aisyah ra. menjawab: “Beliau biasa membantu keluarga, apabila mendengar seruan azan, beliau segera keluar (untuk menunaikan shalat).” (HR. Muslim)
Rasulullah Muhammad saw adalah seorang Rasul Allah swt yang mulia, Figur
dakwah dan panglima perang besar yang gagah perkasa. Namun beliau tidak
pernah merasa enggan, malas, atau gengsi untuk membantu pekerjaan
istri-istri beliau. Beliau tidak pernah mengeluh manakala harus melayani
kebutuhannya sendiri.
Bagaimana dengan kita? Masihkah kita akan tetap bersikap meraja di dalam rumah tangga?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar